Jumat (9/08/2024), menjadi hari yang tidak akan pernah dilupakan oleh Adriano Assis. Pagi yang seharusnya berjalan seperti biasa, berubah menjadi mimpi buruk yang mengerikan. Adriano, bersama dengan penumpang lainnya, seharusnya menaiki pesawat Voepass di Bandara Cascavel, Brasil. Namun, ada sesuatu yang membuatnya terlambat—dan, secara mengejutkan, keterlambatan itulah yang akhirnya menyelamatkan nyawanya.
Kisah Nyata Penumpang yang Selamat dari Kecelakaan Pesawat di Brasil
“Saya tiba di bandara seperti biasa, tapi suasananya terasa aneh. Tidak ada informasi tentang jadwal penerbangan kami, dan konter pelayanan pun sepi, tidak ada petugas yang berjaga,” kenang Adriano, masih terdengar cemas dalam suaranya. Situasi yang tidak biasa ini membuatnya gelisah. Ia berusaha mencari informasi, bertanya ke sana-sini, tapi tidak ada jawaban yang memuaskan. Adriano merasa waktu berjalan begitu lambat, sementara dia terus menunggu dalam ketidakpastian.
Ketika seorang petugas akhirnya datang, Adriano segera menghampirinya dengan harapan bisa mendapatkan jawaban. Tapi yang didapatnya justru kabar buruk. “Saya diberitahu bahwa saya tidak bisa naik ke pesawat karena waktu keberangkatan sudah terlewat,” ucapnya. Rasa kesal dan frustrasi langsung melanda. Adriano tidak terima begitu saja. Ia berusaha berdebat, berharap petugas itu akan memberikan sedikit kelonggaran. Namun, petugas tetap pada pendiriannya. “Saya benar-benar marah saat itu, saya pikir ini tidak adil,” katanya, mengenang kembali momen tersebut.
Namun, siapa sangka, perdebatan itu menjadi titik balik dalam hidupnya. Pesawat Voepass yang seharusnya dia naiki, lepas landas pada pukul 11.56 waktu setempat. Hanya sekitar satu setengah jam setelah lepas landas, pesawat itu hilang dari radar. Tidak ada yang menyangka bahwa itu akan menjadi penerbangan terakhir bagi 61 orang di dalamnya—57 penumpang dan 4 kru pesawat. Ketika berita tentang jatuhnya pesawat itu sampai ke telinganya, Adriano merasa kakinya lemas. “Saya langsung berpikir, ‘Tuhan, bagaimana jika saya ada di dalam pesawat itu?’” ucapnya, dengan nada yang masih terdengar syok.
Adriano bukan satu-satunya yang mengalami keterlambatan ajaib itu. Ada sekitar 10 penumpang lain yang juga selamat karena berada di gerbang yang salah. Mereka semua terjebak dalam kesalahan informasi yang membuat mereka tertinggal pesawat. Salah satu dari mereka menceritakan betapa putus asanya mereka ketika menyadari bahwa mereka berada di tempat yang salah. “Kami berusaha meminta izin untuk naik ke pesawat, tapi petugas mengatakan sudah terlambat. Saat itu, kami marah, tapi sekarang saya sadar bahwa keterlambatan itu justru menyelamatkan hidup kami,” katanya.
Kisah-kisah seperti ini selalu meninggalkan kesan mendalam. Di tengah tragedi yang menelan 61 korban jiwa, ada keajaiban kecil yang terjadi—keterlambatan yang biasanya dianggap sebagai hal yang buruk, justru menjadi penyelamat hidup. Adriano, bersama dengan penumpang lainnya yang selamat, kini hidup dengan perasaan campur aduk. Di satu sisi, mereka bersyukur telah diberikan kesempatan kedua, namun di sisi lain, mereka merasakan duka mendalam bagi keluarga dan teman-teman yang tidak seberuntung mereka.
Maskapai Voepass, dalam pernyataan resminya, menyampaikan duka yang mendalam atas kejadian ini. “Dengan sangat menyesal, perusahaan mengumumkan bahwa seluruh 61 orang di dalam Pesawat 2283 meninggal di tempat kejadian,” demikian bunyi pernyataan tersebut. Pihak maskapai juga menyatakan komitmennya untuk memberikan dukungan penuh kepada keluarga korban serta bekerja sama dengan pihak berwenang dalam menyelidiki penyebab kecelakaan ini.
Bagi Adriano, kejadian ini bukan hanya sekedar keberuntungan. Ini adalah pengingat baginya untuk tidak menyia-nyiakan setiap momen dalam hidupnya. “Saya merasa diberi kesempatan kedua, dan saya berjanji pada diri sendiri untuk menjalani hidup dengan lebih berarti. Setiap detik begitu berharga sekarang,” ucapnya dengan suara lirih.
Adriano juga berencana untuk mengadakan doa bersama bagi para korban kecelakaan ini, sebagai ungkapan rasa syukur dan penghormatan bagi mereka yang telah tiada. “Saya ingin melakukan sesuatu untuk mengenang mereka. Saya tahu perasaan ini tidak akan pernah hilang, tapi saya ingin menjalani hidup ini dengan lebih baik, untuk mereka yang tidak punya kesempatan itu,” tambahnya.
Kisah Adriano dan penumpang lainnya yang selamat dari tragedi ini adalah pengingat bahwa dalam setiap tragedi, selalu ada secercah harapan. Mereka adalah saksi hidup bahwa keajaiban bisa terjadi di saat yang paling tidak terduga. Dan bagi Adriano, hidup sekarang adalah hadiah yang harus ia syukuri dan jalani dengan sepenuh hati. “Saya tidak akan pernah lupa hari itu, dan saya tidak akan pernah lupa mereka yang tidak seberuntung saya,” tutupnya dengan penuh perasaan.
Kejadian ini juga menjadi pengingat bagi kita semua bahwa dalam hidup, tidak ada yang bisa diprediksi. Keterlambatan yang biasanya kita anggap sebagai hambatan, mungkin saja menjadi penyelamat di waktu yang tidak kita duga.
Leave a Reply